RUMUSAN STANDAR BUKU PELAJARAN
“Piwulang Basa Jawa SMA Kelas X”
Buku teks pelajaran memiliki peran penting dalam sistem pendidikan nasional, karena buku tersebut merupakan salah satu komponen dalam proses pembelajaran. Dengan buku teks yang baik, yang isinya mencakup semua standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) sesuai tuntutan standar isi, penyajiannya menarik, bahasanya baku, dan ilustrasinya menarik dan tepat, maka diharapkan proses belajar pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa bisa optimal mencapai standar kompetensi lulusan (SKL). Buku teks pelajaran yang baik seharusnya berisi materi yang mendukung tercapainya SK (standar kompetensi) dan KD (kompetensi dasar) dari mata pelajaran tersebut. Kelayakan isi buku teks pelajaran dapat dinilai dari:
1. Kelengkapan materi
2. Keluasan
3. Kedalaman.
Uraian materi yang ada di dalam buku secara implisit memuat materi yang mendukung tercapainya minimum SK-KD yang lengkap (nilai 4) dengan ketentuan sebagai berikut:
1. KD <= 20, KD tidak ada maksimum 1 KD
2. 21 ≤ KD ≤ 40, KD tidak ada maksimum 2 KD
3. 40 ≤ KD ≤ 60, KD tidak ada maksimum 3 KD
4. Dan jika tidak memenuhi ketentuan di atas nilai 1.
SK-KD tidak dituliskan secara eksplisit di dalam buku teks. Kedalaman materi: uraian materi mendukung tercapainya minimum KD dan sesuai dengan tingkat pendidikan peserta didik. Keluasan materi: materi yang disajikan mencerminkan jabaran yang mendukung pencapaian semua Kompetensi Dasar (KD) dan sesuai dengan tingkat pendidikan peserta didik.
STANDAR KELAYAKAN ISI
a. Kesesuaian materi dengan SK dan KD
b. Keakuratan materi
c. Kemutakhiranan materi
d. Mendorong keingintahuan
e. Praktikum dan kewirausahaan
f. Pengayaan
Tidak salah jika sebagian orang mengatakan bahwa buku adalah jembatan ilmu pengetahuan. Di dalamnya terangkum sisi dunia dalam secarik kertas. Buku memiliki peran penting dalam pembelajaran. Buku harus benar-benar menumbuhkan kemampuan intelektual guru dan siswa bukan membodohkan. Mengingat betapa penting peran buku tersebut, kiranya perlu langkah yang tepat terhadap pemilihan buku teks ajar yakni dengan telaah. Telaah kelayakan buku terdiri dari tiga kriteria utama; isi, gaya penyajian, dan kemasan.
Kriteria pertama isi. Pedoman dasar untuk menentukan kelayakan isi buku adalah kesesuaiannya dengan kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum. Bahan materi yang dikembangkan memungkinkan bagi peserta didik untuk merangsang kreativitas dan inspiratif. Kedekatan pada dunia peserta didik juga merupakan hal yang patut ditelaah. Dan yang tak paling penting adalah tidak mengandung kesalahan logika, konsep, prinsip dan paradigma keilmuan serta tidak mengundang konflik terhadap nilai keagamaan, kebangsaan dan universal
Telaah Buku Teks “Piwulang Basa Jawa SMA Kelas X”
Identitas Buku
1. Judul Buku : Piwulang Basa Jawa SMA Kelas X
2. Pengarang : Drs. Sutarman
Drs. Sukirno
Suyono Darnoatmojo, B.A.
3. Cetakan : Pertama
4. Tahun Terbit : 2005
5. Penerbit : Mediatama
6. Tempat Terbit : Solo
7. Ditujukan untuk : SMA Kelas X
Sub Aspek Kriteria Indikator
1. Kesesuaian materi dengan kurikulum
1. Kecocokan bahan pembelajaran dengan materi pokok yang tercantum dalam kurikulum Materi kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra dimuat secara proposional (SD dan atau SMP dan atau SMU)
2. Keterpaduan materi
Materi kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra dikembangkan secara terpadu ((SD dan atau SMP dan atau SMU)
Materi kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra diarahkan pada proses pembelajaran, bukan pada pengetahuan (SD dan atau SMP dan atau SMU)
3. Kesesuaian pengayaan materi dengan kurikulum. Pengayaan materi adalah berupa:
• Penambahan materi yang sejenis
• Penyediaan konteks, seperti kontek sosial budaya, serta
• Perincian materi pokok, seperti definisi, uraian, dan contoh.
2. Kesesuaian materi dengan tujuan pendidikan
Kesesuaian penggunaan kata atau kalimat wacana dengan tujuan pendidikan.
Penggunaan kata/ kalimat/wacana/menimbulkan dorongan dan penghargaan terhadap salah satu tujuan pendidikan:
• Kebhinekaan dan kebersamaan
• Pengembangan budaya bangsa
• Pengembangan ilmu, teknologi, dan seni, serta
• Pengembangan kecerdasan berfikir, kehalusan persaan dan kesantunan sosial.
3. Kebenaran materi dilihat dari segi ilmu bahasa dan sastra baik sebagai suatu mata pelajaran maupun sebagai dua mata pelajaran terpisah 1). Kebenaran dalam menerapkan prinsip kemampuan berbahasa berdasarkan teori berbahasa. Prinsip berbahasa diterapkan secara benar (disertai contoh-contoh) dan mengarah pada peningkatan kemampuan berbahasa.
2). Kebenaran dalam menerapkan prinsip kemampuan bersastra berdasarkan teori bersastra. Prinsip bersastra diterapkan secara benar (disertai contoh-contoh) dan mengarah pada peningkatan kemampuan bersastra (apresiasi, ekspresi, dan kreasi).
3). Kebenaran dalam menerapkan prinsip kebahasaan berdasarkan ilmu bahasa. Prinsip kebahasaan diterapkan secara benar (disertai contoh-contoh) dan mengarah pada peningkatan kemampuan berbahasa.
4). Kebenaran dalam menerapkan prinsip kesastraan berdasarkan ilmu sastra. Prinsip kesastraan diterapkan secara benar (disertai contoh-contoh) dan mengarah pada kemampuan bersastra (apresiasi, ekspresi, dan kreasi).
5). Ketepatan penggunaan wacana berdasarkan konteks pembelajaran.
Wacana yang digunakan sesuai dengan cirri-ciri jenis wacan (contoh : wacana percakapan sesuai dengan konteks percakapan, wacana puisi sesuai dengan hakekat puisi, dll)
4. Kesesuaian materi dengan perkembangan kognisi siswa. 1). Struktur kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan perkembangan kognisi siswa. Struktur kebahasaan dan kesastraan yang tersaji sesuai dengan pikiran, perasaan, dan etika para siswa (SD dan atau SMP dan atau SMU)
2). Materi mengandung unsure edukatif.
Bahan pembelajaran menggunakan laras edukatif:
• Pengunaan bahasa mendorong siswa ke arah perbuatan baik.
• Penggunana bahasa mendorong siswa kea rah berpikir jernih dan berdaya cipta.
• Penggunaan bahasa tidak mengandung hal-hal yang bertetntangan dengan nilai-nilai yang dijunjung oleh masyarakat yang beradab.
Keterangan :
Indikator 1 : Materi kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra dimuat secara proposional (SD dan atau SMP dan atau SMU)
Materi kemampuan berbahasa dan bersastra dalam buku “Piwulang Basa Jawa SMA Kelas X” sudah dikembangkan secara proporsional. Materi sastra yang disajikan cocok dan sesuai untuk anak kelas X.
Indikator 2 : Materi kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra dikembangkan secara terpadu ((SD dan atau SMP dan atau SMU)
Materi kemampuan berbahasa dan bersastra dalam buku “Piwulang Basa Jawa SMA Kelas X” sudah dikembangkan secara terpadu. Materi yang disajikan merupakan kelanjutan atau ada keterkaitan dengan jenjang sebelumnya.
Indikator 3 : Materi kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra diarahkan pada proses pembelajaran, bukan pada pengetahuan (SD dan atau SMP dan atau SMU)
Materi kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang dituliskan dalam “Piwulang Basa Jawa SMA Kelas X” lebih banyak diarahkan pada proses pengetahuan bukan pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan metode yang digunakan yaitu masih menggunakan metode diskret. Sudah jelas penggunaan pendekatan tersebut adalah model lama yang lebih menekankan pada aspek pengetahuan bukan pembelajaran.
Indikator 4 : Pengayaan materi adalah berupa:
• Penambahan materi yang sejenis
• Penyediaan konteks, seperti kontek sosial budaya, serta
• Perincian materi pokok, seperti definisi, uraian, dan contoh.
Telah disebutkan di atas bahwa pada kurikulum sekarang, tidak dicantumkan materi pokok, oleh karena itu pengayaan materipun tidak sesuai dengan kurikulum. Namun di dalam buku teks ini terdapat pengayaan materi yang bermanfaat di dalam proses belajar mengajar, yaitu untuk memperkaya wawasan, pengalaman, dan pengetahuan pembacanya.
Dalam menulis pengayaan materi (baik pengetahuan, keterampilan, maupun kepribadian) harus memerhatikan tiga kriteria pokok, yaitu:
(1) Memiliki kesesuaian dengan tujuan pendidikan;
(2) Menyesuaikan dengan perkembangan ilmu
(3) Mengembangkan kemampuan bernalar.
Ketiga kriteria ini harus terpenuhi dalam mengusung materi pengayaan. Pengayaan materi dapat digunakan untuk mendidik pembaca dalam rangka mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kriteria pertama, “memiliki kesesuaian dengan tujuan pendidikan” dijadikan dasar karena materi pengayaan diharapkan dapat membantu pencapaian tujuan pendidikan. Materi pengayaan harus sesuai dengan tujuan pendidikan, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tentu saja, kriteria ini tidak terungkap secara eksplisit dalam materi pengayaan melainkan materi atau isi buku tersebut memiliki kesesuaian dengan upaya pencapaian tujuan ini. Oleh karena itu, seorang penulis dapat mengusung materi pengayaan berdasarkan indikator dari kriteria ini, yaitu materi atau isi (a) mendukung pencapaian tujuan pendidikan; (b) mengembangkan tujuan pendidikan, dan (c) tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan.
Kriteria “menyesuaikan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (Ipteks)” dimaksudkan bahwa materi buku pengayaan itu tidak bertentangan dengan perkembangan dan konsep Ipteks.
Indikator dari kriteria ini adalah materi atau isi buku pengayaan itu (a) sesuai dengan kebenaran konsep keilmuan; (b) sesuai dengan perkembangan Ipteks; (c) sesuai dengan kondisi dan data mutakhir; (d) sesuai dengan kenyataan atau bersifat faktual. Apabila penulis mnyusun pengayaan materi, maka materi yang ditulis harus sesuai dengan kebenaran konsep keilmuan, sesuai dengan perkembangan Ipteks, sesuai dengan kondisi mutakhir dan sesuai dengan kenyataan faktual.
Kriteria, “mengembangkan kemampuan bernalar” dimaksudkan bahwa materi buku pengayaan itu harus dapat mendorong pembacanya untuk bernalar atau berpikir. Indikator dari kriteria ini adalah mendorong pembaca untuk berpikir (a) kritis; (b) kreatif; dan (c) inovatif. Pada setiap lembaga pendidikan pembelajaran berpikir tidak secara khusus dilakukan sebagai mata pelajaran, melainkan diselipkan dalam kelompok mata pelajaran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Oleh karena itu, apabila menulis buku pengayaan, materi yang ditulis harus dapat menjalankan fungsi mengembangkan kemampuan bernalar.
Buku teks pelajaran yang baik seharusnya berisi materi yang mendukung tercapainya SK (standar kompetensi) dan KD (kompetensi dasar) dari mata pelajaran tersebut.
Indikator 5 : Penggunaan kata/ kalimat/wacana/menimbulkan dorongan dan penghargaan terhadap salah satu tujuan pendidikan:
• Kebhinekaan dan kebersamaan
• Pengembangan budaya bangsa
• Pengembangan ilmu, teknologi, dan seni, serta
• Pengembangan kecerdasan berfikir, kehalusan persaan dan kesantunan sosial.
Indikator 6 : Prinsip berbahasa diterapkan secara benar (disertai contoh-contoh) dan mengarah pada peningkatan kemampuan berbahasa.
Dalam segi bahasa, buku ini terdapat kekurangan, yaitu terdapat pada bab Kenakalan Remaja, dimana bahasa yang digunakan kurang tepat dalam unggah-ungguh bahasanya sehingga siswa dapat salah mengartikan dan mempergunakan tatanan kebahasaan yang ada. Sebagai contoh, pada Bab VI (Kenakalan Remaja) terdapat penggunaan kebahasaan yang tidak sesuai dalam percakapan antara anak dengan orang tua.
Indikator 7 : Prinsip bersastra diterapkan secara benar (disertai contoh-contoh) dan mengarah pada peningkatan kemampuan bersastra (apresiasi, ekspresi, dan kreasi).
Dari segi sastra, contoh-contoh yang terdapat dalam buku teks “ Piwulang Basa Jawa SMA Kelas X” sudah mengarah pada peningkatan bersastra. Hal tersebut dapat diwujudkan pada bab III dan bab X. Dalam bab ke III di suguhkan materi bersastra yaitu lelagon campursari. Dalam bab X disuguhkan materi geguritan. Dalam bab tersebut siswa dituntut untuk memahami tembang campursari dan geguritan, mulai dari cara membaca, memahami isi dan membuat tembang campursari atau geguritan sendiri.
Indikator 8 : Prinsip kebahasaan diterapkan secara benar (disertai contoh-contoh) dan mengarah pada peningkatan kemampuan berbahasa.
Materi-materi yang terdapat dalam buku “Piwulang Basa Jawa SMA Kelas X” sudah mengacu pada prinsip kebahasaan yang benar, sesuai dengan unggah-ungguh dan mengarah pada peningkatan kemampuan kebahasaan peserta didik hal tersebut nampak pada bab kebudayaan dalam buku “Piwulang Basa Jawa SMA Kelas X”. Begitu juga materi-materi sudah mengacu pada kurikulum yang berlaku. Namun dalam segi kebahasaan, buku ini juga terdapat kekurangan, yaitu terdapat pada bab Kenakalan Remaja, dimana kebahasaan yang digunakan kurang tepat dalam unggah-ungguh bahasanya sehingga siswa dapat salah mengartikan dan mempergunakan tatanan kebahasaan yang ada. Sebagai contoh, pada Bab VI (Kenakalan Remaja) terdapat penggunaan kebahasaan yang tidak sesuai dalam percakapan antara anak dengan orang tua.
Materi-materi yang terdapat dalam buku “Piwulang Basa Jawa SMA Kelas X” sebagian besar sudah mengacu pada prinsip kebahasaan yang benar.
Indikator 9 : Prinsip kesastraan diterapkan secara benar (disertai contoh-contoh) dan mengarah pada kemampuan bersastra (apresiasi, ekspresi, dan kreasi).
Dari segi sastra, contoh-contoh yang terdapat dalam buku teks “ Piwulang Basa Jawa SMA Kelas X” sudah mengarah pada peningkatan bersastra. Hal tersebut dapat diwujudkan pada bab III dan bab X. Dalam bab ke III di suguhkan materi bersastra yaitu lelagon campursari. Dalam bab X disuguhkan materi geguritan. Dalam bab tersebut siswa dituntut untuk memahami tembang campursari dan geguritan, mulai dari cara membaca, memahami isi dan membuat tembang campursari atau geguritan sendiri.
Indikator 10 : Wacana yang digunakan sesuai dengan ciri-ciri jenis wacana (contoh : wacana percakapan sesuai dengan konteks percakapan, wacana puisi sesuai dengan hakekat puisi, dll)
Wacana yang terdapat dalam buku “Piwulang Basa Jawa SMA Kelas X” sudah sesuai dengan aspek materi buktinya ada pada wacana percakapan “Menehi panemu (Saran) kanggo ngudhari reribet (Nelpon). Sedangkan wacananya juga sesuai.
Indikator 11 : Struktur kebahasaan dan kesastraan yang tersaji sesuai dengan pikiran, perasaan, dan etika para siswa (SD dan atau SMP dan atau SMU)
Sesuai, karena di buku ini materi diolah memaksa tetapi sesuai dengan konteks perkembangan siswa istilahnya buku menganut siswa, bukan siswa yang menganut isi (materi) di dalam buku paket tersebut.
Indikator 12 : Bahan pembelajaran menggunakan laras edukatif:
• Pengunaan bahasa mendorong siswa ke arah perbuatan baik.
• Penggunana bahasa mendorong siswa kea rah berpikir jernih dan berdaya cipta.
• Penggunaan bahasa tidak mengandung hal-hal yang bertetntangan dengan nilai-nilai yang dijunjung oleh masyarakat yang beradab.
Buku teks “Piwulang Basa Jawa SMA Kelas X” memiliki bahan ajar yang edukatif bagi siswa SMA. Isi dari buku ini lebih banyak informasi tentang pengetahuan/ berita yang menggunakan bahasa Jawa. Dalam tingkatan SMA lebih dianjurkan siswa lebih kreatif. Kreatif dalam hal sastra maupun nonsastra. Namun dalam buku ini ada 2 buah wacana yang kurang pantas dimasukkan dalam buku pelajaran. Wacan tersebut berupa cerkak yang isinya tentang pacaran yang berlebihan. Walaupun yang ingin disampaikan adalah nilai yang bisa diambil. Namun rasanya kurang pantas disampaikan dalam buku teks.
Wacana yang terdapat pada buku tersebut ada yang tidak sesuai dengan materi kejawaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar