Selamat Datang

Senin, 07 September 2009

pSikoLiNguiSTik

1. Pengertian Psikolinguistik

Psikolinguistik adalah penggabungan antara dua kata 'psikologi' dan 'linguistik'. Psikolinguistik mempelajari faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang memungkinkan manusia mendapatkan, menggunakan, dan memahami bahasa. Kajiannya semula lebih banyak bersifat filosofis, karena masih sedikitnya pemahaman tentang bagaimana otak manusia berfungsi. Oleh karena itu psikolinguistik sangat erat kaitannya dengan psikologi kognitif. Penelitian modern menggunakan biologi, neurologi, ilmu kognitif, dan teori informasi untuk mempelajari cara otak memroses bahasa.
Psikolinguistik meliputi proses kognitif yang bisa menghasilkan kalimat yang mempunyai arti dan benar secara tata bahasa dari perbendaharaan kata dan struktur tata bahasa, termasuk juga proses yang membuat bisa dipahaminya ungkapan, kata, tulisan, dan sebagainya. Psikolinguistik perkembangan mempelajari kemampuan bayi dan anak-anak dalam mempelajari bahasa, biasanya dengan metoda eksperimental dan kuantitatif (berbeda dengan observasi naturalistik seperti yang dilakukan Jean Piaget dalam penelitiannya tentang perkembangan anak).
Psikolinguistik bersifat interdisipliner dan dipelajari oleh ahli dalam berbagai bidang, seperti psikologi, ilmu kognitif, dan linguistik. Psikolinguistik adalah perilaku berbahasa yang disebabkan oleh interaksinya dengan cara berpikir manusia. Ilmu ini meneliti tentang perolehan, produksi dan pemahaman terhadap bahasa. Ada beberapa subdivisi dalam psikolinguistik yang didasarkan pada komponen-komponen yang membentuk bahasa pada manusia.

Psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan linguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda, yang masing-masing berdiri sendiri, dengan prosedur dan metode yang berlainan. Namun, keduanya sama-sama meneliti bahasa sebagai objek formalnya.
Pada awalnya kerja sama antara kedua disiplin itu disebut linguistic psychology dan ada juga yang menyebutnya psychology of languange. Kerja sama antara psikologi dan linguistik setelah beberapa lama berlansung tampaknya belum cukup untuk dapat menerangkan hakikat bahasa seperti tercermin dalam defenisi di atas.

2. Pemerolehan Bahasa pada anak berumur 1 sampai 5 tahun

Menurut Bruner, anak-anak mengalami perkembangan kognitif dan kebahasaan menurut fase-fase tertentu. Fase pertama disebut periode enaktif, dari baru lahir sampai umur satu tahun, yaitu periode melakukan tindakan dan pekerjaan. Fase kedua adalah periode ekonik, usia satu sampai empat tahun, merupakan saat berkembangnya khayalan. Fase ketiga adalah periode simbolik, yang dimulai dari umur empat tahun, anak belajar menggunakan bahasa dan berlangsung sepanjang hidupnya.

Berbagai penelitian membuktikan bahwa manusia normal mengalami tahapan yang hampir sama dalam pemerolehan bahasa pertamanya. Dapat diperkirakan bahwa bayi telah mengenal suara ibunya sejak dalam kandungan. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan bahwa pada umumnya bayi yang baru lahir menunjukkan reaksi ketika mendengar suara ibunya (Darmojuwono dan Kushartanti, 2005: 24).
Schaerlaekens dalam Mar’at (2005: 61) membagi periode perkembangan bahasa pada anak sebagai berikut.

1. Periode Pralingual
Umumnya dialami anak pada usia 0-1 tahun, anak belum mengucapkan bahasa hanya mengeluarkan bunyi-bunyi yang merupakan reaksi terhadap situasi tertentu
a. Tahap mendekut (cooing)
Anak mengeluarkan bunyi yang mirip vokal atau konsonan (/ a /).
b. Tahap berceloteh (babbling)
Anak mengeluarkan gabungan mirip vokal dan konsonan (/ p /, / b /, / m /).

2. Periode Lingual
Umumnya dialami anak pada usia 1-2,5 tahun, anak mulai mengucapkan kata-kata.
a. Tahap ujaran holofrastik
Anak mampu memproduksi satu kata yang dapat menyatakan lebih dari satu maksud.
b. Tahap ujaran Telegrafik
Anak mampu memproduksi dua kata sebagai pernyataan suatu maksud.
c. Tahap lebih dari dua kata
Anak mulai memproduksi lebih dari dua kata dan menunjukkan perkembangan morfologis. Komunikasinya pun tidak lagi bersifat egosentris.

3. Periode Diferensiasi
Umumnya dialami anak pada usia 2,5-5 tahun, anak dianggap telah menguasai bahasa ibu dengan penguasaan tata bahasa pokok. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi mulai berjalan baik. Anak juga mulai mapu mengkomunikasikan persepsi dan pengalamannya kepada orang lain.
Perkembangan aspek fonologi telah berakhir walaupun masih ada kesukaran tertentu. Aspek kosakata berkembang baik secara kualitatif dan kuantitatif. Anak juga telah mampu membedakan nomina dan verba serta menggunakan pronomina dan preposisi.

TAHAP PEMEROLEHAN BAHASA

Kurang dari 1 tahun
- Belum dapat mengucapkan kata-kata,
- Belum menggunakan bahasa dalam arti yang sebenarnya,
- Dapat membedakan beberapa ucapan orang dewasa.
(Eimas, lewat Gleason, 1985: 2, dalam Zuchdi, 1996: 4)
2. 1 tahun
- Mulai mengoceh,
- Bermain dengan bunyi (bermain dengan jari-jari tangan dan kakinya)
- Perkembangan pada tahap ini disebut pralinguistik.
(Gleason, 1985: 2)
- Ketika bayi dapat mengucapkan beberapa kata, mereka memiliki ciri-ciri perkembangan yang universal.
- Bentuk ucapan hanya satu kata, sederhana, mudah diucapkan dan memiliki
arti konkrit (nama benda, kejadian atau orang-orang di sekitar anak).
- Mulai pengenalan semantik (pengenalan makna).
3. 2 tahun
- Mengetahui kurang lebih memiliki 50 kata.
- Kebanyakan mulai mencapai kombinasi dua kata yang dikombinasikan dalam
ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan atau bentuk lain yang
seharusnya digunakan.
- Mulai mengenal berbagai makna kata tetapi tidak dapat menggunakan bentuk
bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya
peristiwa.
- Mulai dapat membuat kalimat-kalimat pendek.
4. Taman Kanak-kanak
- Memiliki dan memahami sejumlah besar kosa kata,
- Mampu membuat pertanyaan-pertanyaan, kalimat majemuk dan berbagai bentuk kalimat,
- Dapat berbicara dengan sopan dengan orang tua dan guru.

biNguNg...

aQ bNeR2 biNguNg m peRasAaN yG aQ RasaKaNd seKaRaNg iNi...
aQ hARuZ mEmiLih TapHiEe sUsaH bGdh RasANha mEmiLiH iThu...
aQ syNx mReKa......